Pendidik, Peserta didik dan Pendidikan merupakan paket lengkap yang tidak bisa terpisahkan. Ketiga kata yang memiliki arti berbeda tersebut ibarat list menu yang tersedia di Mc Donald's dan siap diorder. Customer akan merasa kurang puas jika tidak mencoba semua menu yang disajikan, apalagi harga yang ditawarkan tidak terlalu banyak merogoh kocek untuk memenuhi kebutuhan rasa laparnya. Begitu juga dengan pendidikan. Mutu lulusan pendidikan yang baik dari instansi sekolah (SD, SMP, SMA) dan perguruan tinggi (PTN maupun PTS) dengan fasilitas yang lengkap dan memadahi serta biaya pembayaran bulanan (SPP maupun biaya per sks mata kuliah yang diambil untuk mahasiswa) terbilang murah akan banyak menjadi incaran dan pertimbangan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pendidikan formal. Nah..mengapa disini saya mengkorelasikan Pendidik, Peserta didik dan Pendidikan ibarat paket lengkap dalam list menu yang disediakan oleh Mc.Donald's? Baiklah akan saya jelaskan.
Pada faktanya "logika tidak akan jalan tanpa adanya logistik".Benar begitu?:-D. Sesuai dengan fakta yang ada, lebih mudah kiranya jika saya mengambil analogika yang mengkorelasikan "warung makan" (sebut=Mc Donald's) dengan Pendidik, Peserta didik, dan Pendidikan. "Mc Donald's" disini saya analogikan sebagai satu sistem pendidikan yang lengkap. Di dalamnya terdapat "menu-menu makanan" yang komplit. Pelayanan yang baik dari "pelayan". "Customer" yang sesuka hati bisa memesan menu yang disukai. Dan yang terakhir adanya "kasir" sebagai tempat pembayaran setelah customer selesai memesan dan menikmati menu makanan. Tentunya anda sudah menangkap makna dari analogika ini.
"Menu makanan " adalah analogi dari materi yang disediakan oleh instansi sekolah dengan mengacu pada sistem pendidikan yang mengatur kurikulum didalamnya secara lengkap dan terperinci; "pelayan" adalah analogi dari pendidik yang dengan senang hati melayani bahkan memfasilitasi peserta didik untuk belajar dalam suasana nyaman dan menyenangkan ketika proses belajar mengajar berlangsung; "customer" adalah analogi dari peserta didik yang berhak memilih pendidikan yang baik dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain dimasa sekarang maupun masa yang akan datang; dan yang terakhir "kasir" adalah analogi dari sistem keuangan yang dimiliki oleh instansi pendidikan yang berfungsi mengatur jalannya sistem pendidikan, biasanya dengan adanya TU (Tata Usaha) sebagai tempat pembayaran SPP. Seperti yang anda semua ketahui bahwasannya pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya uang. Namun bukan berarti pendidikan juga identik dengan uang (jangan disalah artikan:-D).
Berdasarkan uraian diatas tentang pendidikan mungkin anda semua berpikir bahwa pendidikan formal lebih di prioritaskan daripada pendidikan informal dan non formal. Sebenarnya pendidikan itu tidak hanya didapatkan disekolah (formal) yang notabennya lekat dengan karakter guru yang hobi dengan ceramah dan murid (peserta didik) sebagai obyek pelampiasan ceramahnya. Justru pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga (informal). Sebagaimana anak pertama kali mengetahui baik dan buruk adalah dari keluarga. Pembentukan karakter anak yang utama sebelum mengenal sekolah (pendidikan formal) dan lingkungan (pendidikan non formal) juga dari keluarga (pendidikan informal). Sehingga keluarga disini juga memiliki peran penting dalam pendidikan. Orang tua sebagai pendidik yang bertanggung jawab penuh atas perkembangan anak sebagai peserta didik dalam keluarga.
Sebelum menuju pendidikan formal terlebih dahulu anak mengenal dan bergabung ke dalam lingkungan sekitar, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk individu dan sosial. Didalam lingkungan anak mendapat pendidikan yang bersifat non formal. Pendidikan non formal dapat berupa kursus privat disuatu lembaga pendidikan maupun dilakukan secara home visit. Namun perlu ditekankan bahwa pendidikan yang diberikan oleh lingkungan harus diwaspadai. Lingkungan tidak bertanggung jawab atas perkembangan anak. Artinya jika lingkungan memberikan dampak yang positif maka anak dapat berkembang dengan baik, namun apabila lingkungan yang dianutnya memberikan dampak negatif maka perkembangan anak akan menjadi tidak baik. Hasilnya akan semakin banyak kriminalitas dan modus kejahatan yang bermunculan sehingga meresahkan masyarakat. Berikut potret pendidikan non formal (diluar sekolah) yang dapat membantu perkembangan anak.
Pendidikan yang sering menjadi tolak ukur sukses tidaknya seseorang adalah pendidikan formal. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang di tempuh, sering pula seseorang berargumen bahwa dia akan sukses. Namun semua itu tidak menjadi jaminan. Gabungan dari keseluruhan jenis pendidikan itulah yang akan membuat anak dapat berkembang dengan baik dan akhirnya mencapai kesuksesan. Tentunya semua itu tidak lepas dari doa kepada Tuhan, bersungguh-sungguh dalam ikhtiar dan tidak pernah mengenal kata putus asa dalam mencoba. "Kesuksesan tidak akan pernah didapat didalam tubuh yang santai dan pendidikan adalah mata uang yang berlaku dimana-mana".
Dari segi manapun seseorang akan bisa mendapatkan pendidikan asalkan didalam diri dan hati kecilnya terus tumbuh keinginan dan kemauan untuk belajar dan belajar. Yang menjadi masalahnya adalah ketika muncul pertanyaan bagaimana "menjadi pendidik" yang baik dan benar? Tentunya untuk menjadi pendidik yang baik dan benar terlebih dahulu seseorang harus memperoleh pendidikan. Karena pendidikan merupakan mata rantai yang tidak akan pernah putus dari generasi ke generasi. Seperti kebutuhan yang harus terpenuhi dan jika tidak maka eksistensi seseorang dalam mencapai taraf hidup yang lebih baik (dibaca=layak) tidak akan pernah terwujud.
Untuk menjadi pendidik tidak lah cukup hanya mempunyai pengetahuan luas, kemampuan yang tidak terbatas dan kepandaian yang melimpah ruas. Semua itu bisa diasah dengan seiring berjalannya waktu ketika seseorang berada pada "proses belajar". Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, untuk menjadi pendidik harus menempuh pendidikan terlebih dahulu. Menjadi pendidik yang baik tidak hanya berkompeten tetapi juga harus memiliki visi dan misi yang turut serta dalam perubahan nyata di dunia pendidikan bagi bangsa ini. Semua itu harus di imbangi dengan rasa yang ikhlas dalam menularkan ilmunya kepada peserta didik (mengingat sebutan guru adalah "pahlawan tanpa tanda jasa"), di imbangi dengan kegigihannya dalam melaksanakan tugas ketika menjadi pendidik, dan memikirkan besarnya manfaat yang akan didapatkan kelak oleh anak didiknya. Oleh sebab itu sebaiknya ketika seseorang memilih untuk menjadi pendidik, prinsip "menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor" harus dipegang teguh untuk direalisasikan. Lantas apa maksud dari kalimat tersebut?.
Menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor?? Tentunya dalam benak anda akan terlintas sesuatu yang berhubungan dengan proses metabolisme tubuh yang membutuhkan "kompetitor" dan "inhibitor" untuk kerja suatu enzim. Jika pemikiran anda seperti itu, maka sebuah hipotesis yang benar. Saya mengambil dua kata (kompetitor dan inhibitor) memang lahir dari pemikiran ketika saya ingat akan "proses metabolisme dalam tubuh". Dimana proses tersebut akan terjadi dengan bantuan enzim. Dan kerja enzim dipengaruhi oleh kompetitor (bahan kimia yang mempercepat kerja enzim) dan inhibitor (bahan kimia yang menghambat kerja enzim). Jadi enzim akan cepat bekerja jika ada kompetitor dan sebaliknya kerja enzim menjadi lebih lambat ketika ada inhibitor yang merubah sisi aktif enzim. Sehingga keduanya(kompetitor dan inhibitor) mempengaruhi lancar tidaknya suatu proses metabolisme dalam tubuh berkaitan dengan kerja enzim. Sedikit ke biologi:-D.
Jadi apa yang bisa anda simpulkan?. Menjadi pendidik ala kompetitor artinya jadilah seorang pendidik yang mempercepat atau memacu peserta didik untuk berkembang lebih baik dalam pencapaian prestasi bukan malah sebaliknya menjadi pendidik yang hanya menghambat perkembangan peserta didik dalam pencapaian prestasi ( seperti inhibitor terhadap kerja enzim).
Bagaimana menjadi pendidik yang mempercepat perkembangan peserta didik agar dapat berkembang lebih baik dalam pencapaian prestasinya?Yang dapat dilakukan pendidik adalah dengan cara memberikan motivasi yang dapat menimbulkan gairah belajar kepada siswa. Pendidik tidak harus menjadi penceramah dan siswa menjadi obyek ceramah (seperti metode belajar konvensional), melainkan pendidik cukup menjadi fasilitator dan mediator dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Membiarkan siswa berinovasi dengan pemikirannya sendiri, namun perlu adanya bimbingan dari seorang pendidik. Ada kalanya dibutuhkan strategi pembelajaran yang menciptakan "active learning". Sehingga yang berperan aktif adalah siswa.
Dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik dan berpegang pada prinsip "menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor" maka manfaat yang nantinya diperoleh peserta didik akan lebih besar. Bukan hanya sebuah proses belajar yang menekankan pada transfer ilmu dari seorang pendidik ke peserta didik saja, namun menjadi pendidik yang baik dan benar harus mampu memberikan motivasi yang menimbulkan gairah belajar, memberikan manfaat yang besar, mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang materi yang diajarkan, gigih dalam melaksanakan tugasnya demi pendidikan bangsa, dan mampu memberikan stimulus untuk menumbuhkan inovasi kepada peserta didiknya.
Untuk itu diharapkan bagi generasi muda mendatang yang nyalinya cukup hebat dengan tekat kuat dapat menjadi pendidik yang sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU SISDIKNAS NO.20.Th 2003 BAB II PASAL 3).
Semangat generasi muda! Wujudkan mimpi baikmu menjadi pendidik yang berkualitas dan di rindukan kehadiranmu oleh peserta didikmu!:-)
Pada faktanya "logika tidak akan jalan tanpa adanya logistik".Benar begitu?:-D. Sesuai dengan fakta yang ada, lebih mudah kiranya jika saya mengambil analogika yang mengkorelasikan "warung makan" (sebut=Mc Donald's) dengan Pendidik, Peserta didik, dan Pendidikan. "Mc Donald's" disini saya analogikan sebagai satu sistem pendidikan yang lengkap. Di dalamnya terdapat "menu-menu makanan" yang komplit. Pelayanan yang baik dari "pelayan". "Customer" yang sesuka hati bisa memesan menu yang disukai. Dan yang terakhir adanya "kasir" sebagai tempat pembayaran setelah customer selesai memesan dan menikmati menu makanan. Tentunya anda sudah menangkap makna dari analogika ini.
"Menu makanan " adalah analogi dari materi yang disediakan oleh instansi sekolah dengan mengacu pada sistem pendidikan yang mengatur kurikulum didalamnya secara lengkap dan terperinci; "pelayan" adalah analogi dari pendidik yang dengan senang hati melayani bahkan memfasilitasi peserta didik untuk belajar dalam suasana nyaman dan menyenangkan ketika proses belajar mengajar berlangsung; "customer" adalah analogi dari peserta didik yang berhak memilih pendidikan yang baik dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain dimasa sekarang maupun masa yang akan datang; dan yang terakhir "kasir" adalah analogi dari sistem keuangan yang dimiliki oleh instansi pendidikan yang berfungsi mengatur jalannya sistem pendidikan, biasanya dengan adanya TU (Tata Usaha) sebagai tempat pembayaran SPP. Seperti yang anda semua ketahui bahwasannya pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya uang. Namun bukan berarti pendidikan juga identik dengan uang (jangan disalah artikan:-D).
Analogi sebuah sistem pendidikan
Cukup jelas dengan analogika diatas tidak ada salahnya jika sejenak kita tinggalkan tentang Mc Donald's dan bayangan menu lezat yang membuat perut semakin keroncongan. Back to topic!:-D.
Arti kata "Pendidikan" tidak akan bisa disebut pendidikan tanpa adanya pendidik dan peserta didik. Seseorang juga tidak bisa dianggap sebagai "Pendidik" tanpa hadirnya peserta didik dengan tujuan mewujudkan sebuah pendidikan yang konstruktif. Namun "Peserta didik" lebih fleksibel dibandingkan dengan pendidik dan pendidikan. Setiap orang yang mau mencari pendidikan dan mampu menerima ilmu (baik life skill maupun soft skill) dari seorang pendidik untuk meningkatkan intelektualitas diri yang digunakan sebagai modal untuk berkecimpung didunia kerja merupakan suatu bentuk usaha untuk meningkatkan taraf hidupnya sudah bisa disebut sebagai "Peserta didik".Berdasarkan uraian diatas tentang pendidikan mungkin anda semua berpikir bahwa pendidikan formal lebih di prioritaskan daripada pendidikan informal dan non formal. Sebenarnya pendidikan itu tidak hanya didapatkan disekolah (formal) yang notabennya lekat dengan karakter guru yang hobi dengan ceramah dan murid (peserta didik) sebagai obyek pelampiasan ceramahnya. Justru pendidikan yang pertama dan utama adalah keluarga (informal). Sebagaimana anak pertama kali mengetahui baik dan buruk adalah dari keluarga. Pembentukan karakter anak yang utama sebelum mengenal sekolah (pendidikan formal) dan lingkungan (pendidikan non formal) juga dari keluarga (pendidikan informal). Sehingga keluarga disini juga memiliki peran penting dalam pendidikan. Orang tua sebagai pendidik yang bertanggung jawab penuh atas perkembangan anak sebagai peserta didik dalam keluarga.
Pendidikan informal, gambar diambil dari
(mariberdemokrasi.blogspot.com)
Sebelum menuju pendidikan formal terlebih dahulu anak mengenal dan bergabung ke dalam lingkungan sekitar, karena pada dasarnya manusia adalah mahluk individu dan sosial. Didalam lingkungan anak mendapat pendidikan yang bersifat non formal. Pendidikan non formal dapat berupa kursus privat disuatu lembaga pendidikan maupun dilakukan secara home visit. Namun perlu ditekankan bahwa pendidikan yang diberikan oleh lingkungan harus diwaspadai. Lingkungan tidak bertanggung jawab atas perkembangan anak. Artinya jika lingkungan memberikan dampak yang positif maka anak dapat berkembang dengan baik, namun apabila lingkungan yang dianutnya memberikan dampak negatif maka perkembangan anak akan menjadi tidak baik. Hasilnya akan semakin banyak kriminalitas dan modus kejahatan yang bermunculan sehingga meresahkan masyarakat. Berikut potret pendidikan non formal (diluar sekolah) yang dapat membantu perkembangan anak.
Pendidikan nonformal
Gambar diambil dari blogs.unpad.ac.id
Gambar diambil dari blogs.unpad.ac.id
Pendidikan formal
Gambar diambil dari coldwind08.wordpress.com
Untuk menjadi pendidik tidak lah cukup hanya mempunyai pengetahuan luas, kemampuan yang tidak terbatas dan kepandaian yang melimpah ruas. Semua itu bisa diasah dengan seiring berjalannya waktu ketika seseorang berada pada "proses belajar". Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, untuk menjadi pendidik harus menempuh pendidikan terlebih dahulu. Menjadi pendidik yang baik tidak hanya berkompeten tetapi juga harus memiliki visi dan misi yang turut serta dalam perubahan nyata di dunia pendidikan bagi bangsa ini. Semua itu harus di imbangi dengan rasa yang ikhlas dalam menularkan ilmunya kepada peserta didik (mengingat sebutan guru adalah "pahlawan tanpa tanda jasa"), di imbangi dengan kegigihannya dalam melaksanakan tugas ketika menjadi pendidik, dan memikirkan besarnya manfaat yang akan didapatkan kelak oleh anak didiknya. Oleh sebab itu sebaiknya ketika seseorang memilih untuk menjadi pendidik, prinsip "menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor" harus dipegang teguh untuk direalisasikan. Lantas apa maksud dari kalimat tersebut?.
Menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor?? Tentunya dalam benak anda akan terlintas sesuatu yang berhubungan dengan proses metabolisme tubuh yang membutuhkan "kompetitor" dan "inhibitor" untuk kerja suatu enzim. Jika pemikiran anda seperti itu, maka sebuah hipotesis yang benar. Saya mengambil dua kata (kompetitor dan inhibitor) memang lahir dari pemikiran ketika saya ingat akan "proses metabolisme dalam tubuh". Dimana proses tersebut akan terjadi dengan bantuan enzim. Dan kerja enzim dipengaruhi oleh kompetitor (bahan kimia yang mempercepat kerja enzim) dan inhibitor (bahan kimia yang menghambat kerja enzim). Jadi enzim akan cepat bekerja jika ada kompetitor dan sebaliknya kerja enzim menjadi lebih lambat ketika ada inhibitor yang merubah sisi aktif enzim. Sehingga keduanya(kompetitor dan inhibitor) mempengaruhi lancar tidaknya suatu proses metabolisme dalam tubuh berkaitan dengan kerja enzim. Sedikit ke biologi:-D.
Jadi apa yang bisa anda simpulkan?. Menjadi pendidik ala kompetitor artinya jadilah seorang pendidik yang mempercepat atau memacu peserta didik untuk berkembang lebih baik dalam pencapaian prestasi bukan malah sebaliknya menjadi pendidik yang hanya menghambat perkembangan peserta didik dalam pencapaian prestasi ( seperti inhibitor terhadap kerja enzim).
Bagaimana menjadi pendidik yang mempercepat perkembangan peserta didik agar dapat berkembang lebih baik dalam pencapaian prestasinya?Yang dapat dilakukan pendidik adalah dengan cara memberikan motivasi yang dapat menimbulkan gairah belajar kepada siswa. Pendidik tidak harus menjadi penceramah dan siswa menjadi obyek ceramah (seperti metode belajar konvensional), melainkan pendidik cukup menjadi fasilitator dan mediator dalam proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Membiarkan siswa berinovasi dengan pemikirannya sendiri, namun perlu adanya bimbingan dari seorang pendidik. Ada kalanya dibutuhkan strategi pembelajaran yang menciptakan "active learning". Sehingga yang berperan aktif adalah siswa.
Dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pendidik dan berpegang pada prinsip "menjadi pendidik ala kompetitor bukan inhibitor" maka manfaat yang nantinya diperoleh peserta didik akan lebih besar. Bukan hanya sebuah proses belajar yang menekankan pada transfer ilmu dari seorang pendidik ke peserta didik saja, namun menjadi pendidik yang baik dan benar harus mampu memberikan motivasi yang menimbulkan gairah belajar, memberikan manfaat yang besar, mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang materi yang diajarkan, gigih dalam melaksanakan tugasnya demi pendidikan bangsa, dan mampu memberikan stimulus untuk menumbuhkan inovasi kepada peserta didiknya.
Untuk itu diharapkan bagi generasi muda mendatang yang nyalinya cukup hebat dengan tekat kuat dapat menjadi pendidik yang sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yaitu berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU SISDIKNAS NO.20.Th 2003 BAB II PASAL 3).
Semangat generasi muda! Wujudkan mimpi baikmu menjadi pendidik yang berkualitas dan di rindukan kehadiranmu oleh peserta didikmu!:-)